Kamis, 25 Agustus 2016

Makam Nyai Bagelen




Makam Nyai Bagelen
Gambar Lokasi Makam Bersejarah Nyai Ageng Bagelen di Purworejo

a.Sejarah
Silsilah Nyai Ageng Bagelen
Nyai Ageng Bagelen termasuk silsilah dari keturunan Raja Medang Kamulan, atau Medang Gele, atau Medhang Kawit. Saat itu, Kerajaan Medang Kamulan diperintah oleh Raja Suwelocelo. Setelah Raja Suwelocelo berusia lanjut, tampuk pimpinan kerajaan dialihkan kepada putranya yang bernama Raden Jaka Panuhun. Setelah diangkat menjadi raja, Jaka Panuhun merubah gelar menjadi Prabu Sri Panuhun Wretikandayun, atau Sri Panuhun 1.

Prabu Sri Panuhun Wretikandayun mempunyai putra bernama Raden Jaka Permana, hasil pernikahan dengan Dewi Srini, putri Ki Buyut Somolangu. Setelah Prabu Sri Panuhun 1 mengundurkan diri karena usia lanjut, tampuk pemerintahan Kerajaan Medhang Gele diganti putranya, Raden Jaka Permana. Setelah diangkat menjadi Raja Medang Kamulan, Raden Jaka Permana merubah gelar menjadi Raja Panuhun 2.

Oleh Raja Panuhun 2, nama kerajaan Medang Kamulan dirubah menjadi Medang Gele, atau Dang Gele, atau lebih populer dengan nama Bagelen. Sri Panuhun 2, beristri seorang putri Raja Sri Sadana dari Kerajaan Jepra., yaitu Dewi Suretno. Hasil pernikahan Sri Panuhun 2 dan dewi Suretno adalah hanya seorang putri saja, yaitu Dewi Roro Wetan. Karena tak ada putra lainnya, maka Dewi Roro Wetan yang menjadi pengganti Raja di kerajaan Medang Gele, atau Bagelen, dimana Dewi Roro Wetan berganti nama menjadi Nyai Ageng Begelen.
Pernikahan Nyai Ageng Bagelen.
Setelah usia dewasa, Dewi Roro Wetan atau Nyai Ageng Bagelen menikah dengan Raden Joko Cokropramono, seorang pemuda dari desa Awu-awu Langit. Hasil pernikahan antara dewi Roro Wetan dengan Raden Cokropramono adalah 1 putra laki-laki yang diberi nama Raden Bagus Ghento, dan 2 putri yaitu Dewi Roro Pitrah dan Dewi roro Taker.

Setelah Sri Panuhun 2 berusia lanjut dan mangkat, tampuk kerajaan diganti oleh Dewi Roro Wetan yang kemudian berganti nama menjadi Nyai Ageng Bagelen. Sedangkan suaminya, Raden Cokropramono berganti gelar Ki Ageng Begelen. Kerajaan Bagelen atau Dhang Gele bukanlah sebuah kerajaan besar, namun hanyalah sebuah kerajaan kecil. Kerajaan Bagelen hanya sebagai tanah perdikan, atau tanah yang bebas pajak. Karena, Kerajaan Medang Kamulan sudah dibagi-bagi menjadi beberapa bagian.
b.Akses dan Peta

Lokasi makam Nyai Ageng Bagelen tak jauh dari jembatan sungai Bogowonto, hanya berjarak kurang lebih 100 meter. Jarak dari alun-alun kota Purworejo ke lokasi makam Nyai Ageng Bagelen kira-kira 15 km ke arah Yogyakarta. Sedangkan dari jalan raya raya menuju lokasi makam, hanya berjarak kira-kira 100 meter.Untuk mencapai lokasi ini sangat mudah dan banyak pilihan transportasi.Jika anda dari Yogyakarta dapat naik kereta dan turun di Stasiun Jenar atau Kutoarjo dengan tiket sekitar Rp.8.000 setelah itu dapat naik transportasi angkot arah Bagelen dengan tariff sekitar Rp.5.000 dan anda dapat turun di depan gapura masuk makam.Jika anda menggunakan Bus dapat turun di Terminal Purworejo dengan tariff sekitar Rp.30.000 dan kemudian naik angkot jurusan bagelen dengan tariff sekitar Rp.5.000.Jika menggunakan transportasi pribadi tentunya sangat mudah karena lokas makam terdapat di seberang jalan arah Jogjakarta.Dan juga untuk memasuki makam Nyai Bagelen tidak di pungut biaya apapun.



 C.Opini dan Himbauan    
Kita semua sebagai generasi muda tentunya harus mengetahui dan mengunjungi tempat tempat bersejarah terutama di daerah kita sendiri karena mereka adalah orang-orang yang mempunyai andil besar dalam perkembangan wilayah di Purworejo.Dan perlu anda tahu bahwa Nyai Bagelen adalah salah satu tokoh penting di masanya dan merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyakat Purworejo hingga saat ini.

sumber:
 www.google.com/maps/place/Pesarean+Bagelen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar