Jumat, 28 Oktober 2016

Petilasan Syagh Maulana Maghribi

Halo pembaca blog pribadi saya,semoga selalu sehat yaa..
Kali ini saya akan menceritakan tentang salah satu petilasan yang ada di daerah saya.Petilasan ini merupakan petilasan dari Syagh Maulana Mghribi, sekarang ini masih dalam proses pemugaran dan belum selesai sepenuhnya, karena memang sudah sangat lama tempat in itidak dilakukan pemugaran. Petilasan Syagh Maulana Maghribi biasanya dikunjungi setiap malam Jumat oleh santri-santri dari pondok pesantren di desa tetangga.Selain oleh para santri banyak juga yang datang ke tempat tersebut untuk berbagai keperluan masing-masing.

Sejarah dari tempat petilasan Syagh Maulana Maghribi sebenarnya belum ada yang benar-benar meneliti dan hanya disampaikan secara turun-temurun dari mulut kemulut. Berdasarkan pernyataan dari beberapa tokoh yang saya tanya ketika saya survei ke lokasi, kebetulan yang melakukan pemugaran juga mantan tokoh-tokoh desa seperti mantan kepala desa dan mantan perangkat desa. Berdasarkan pernyataan mereka, Syagh Maulana Mghribi adalah seorang pendatang yang kurang diketahui dari mana, namun menurut mereka Syagh Maulana Maghribi dan para pengikutnya lah yang memulai untuk bermukim di Desa Gunungwangi, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Dalam Kompleks petilasan tersebut juga ada bebrapa makam yang kebanyakan tidak ada namanya kecuali salah satu makam yang bertuliskan Pangeran Kusumoyudho, namun dalam nisannya tidak dituliskan kapan ia dimakamkan dan kapan pula ia dilahirkan seperti pada makam umumnya.
Untuk akses menuju Desa Gunungwangi saya akui cukup sulit bagi orang yang tidak terbiasa dengan jalan menanjak,karena untuk mencapai kesana jarang ada kendaraan umum dan para pendatang juga sering menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor ataupun mobil. Kondisi jalan yang naik turun serta berliku ditambah dengan lumut,bolong sana-sini,dan sering longsor disana sini akan menyulitkan bagi orang yang akan datang ke Desa Gunungwangi. Letak Desa Gunungwangi dai pusat Kabupaten Purworejo sekitar 16 KM dan dapat ditempuh kira-kira satu jam menggunakan kendaraan. Untuk mencapai Gunungwangi angkutan umum jarang sampai keatas, biasanya hanya sampai desa tetangga yaitu Desa Ngaran. Jika menggunakan kendaraan umum hanya ada angkot sampai Desa Ngaran, atau naik angkot sampai Kecamatan Kaligesing dan naik ojek menuju  Desa Gunungwangi. Meskipun menggunakan Google Maps dan sejenisnya hal itu tidak terlalu berguna dan mengharuskan anda bertanya pada orang-orang yang anda temui dijalan.
Opini dan kritik saya bagi Petilasan Syagh Maulana Maghribi adalah tentang aksesibitas dan amenitasnya. Untuk akses jalan saya kira sangat perlu diperlebar dan di perbaiki, karena medannya sangat sulit bagi mereka yang tidak terbiasa melalui tanjakan tajam dengan tikungan menukik yang seringkali menjadi tempat langganan kecelakaan. Selain itu, untuk amenitas dilokasi belum ada tempat sampah, tempat istirahat, tempat ibadah, toilet dan lahan parkir yang memadai. Meskipun tempat tersebut tidak  didatangi setiap hari, namun pada waktu tertentu didatangi oleh rombongan dalam jumlah yang banyak, sehingga saya kira sangat perlu untuk ditambahkan berbagai fasilitas penunjang tersebut.

Jumat, 07 Oktober 2016

Museum UGM,Tinta Emas Gadjah Mada




Halo teman-teman pembaca semua? bagaimana kabarnya? semoga selalu dalam lindungan-Nya yaa,dan buat temen-temen Universitas Gadjah Mada semangat ya UTS nya,semoga mendapatkan hasil yang memuaskan. Kali ini saya akan menceritakan sedikit tentang museum UGM dan sedikit cerita pengalaman saya ketika berkunjung kesana.Langsung saja saya akan memulai dari sejarah Museum UGM.Museum Universitas Gadjah Mada mulai dirintis sejak tahun 2007 dan menjadi diresmikan pada tanggal 12 Juni 2013. Museum UGM merupakan museum yang menarasikan perjalanan sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) dari masa ke masa beserta pencapaian-pencapaian luar biasa yang pernah dicapai oleh Universitas Gadjah Mada. Pada dasarnya, Museum UGM didisain sebagai jendela UGM bagi masyarakat yang ingin megenal lebih dekat tentang UGM sebagai universitas perjuangan, universitas kerakyatan, universitas Pancasila, universitas nasional, dan universitas kebudayaan.
            Berbagai pencapaian yang telah diperoleh oleh Universitas Gadjah Mada juga ditampilkan dalam museum ini baik yang dicapai oleh mahasiswa,seperti roket,alat pembasmi tikus,satelit luar angkasa,dan yang dicapai oleh dosen-dosen UGM seperti sumur penampung air hujan dan benda-benda purbakala.Namun karena prestasi yang pernah dicapai oleh Universitas Gadjah Mada terlalu banyak,maka hanya beberapa saja yang ditampilkan di museum.Selain berbagai prestasi yang ditampilkan,di museum UGM juga ditampilkan lukisan yang menggambarkan mahasiswa UGM yang gigih berjuang mempertahankan bangsa,dan ada juga baju yang digunakan salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada ketika bertugas sebagai prajurit perdamaian.Selain itu ada juga foto-foto ketika orang-orang penting datang mengunjungi UGM,seperti kunjungan Ir.Soekarno,dan presiden serta orang-orang penting dari Negara lain.
Bagi yang  belum pernah mengunjungi museum ini,memang museum ini seperti terselubung karena terletak di Bulak Sumur D-6 dan D-7 tepatnya di wilayah perumahan dosen UGM.Untuk menjangkaunya sebenarnya sangat mudah,dari bundaran masuk UGM setelah anda mendapatkan KIK,lurus sedikit kemudian belok kanan setelah gelanggang,setelah masuk wilayah perum dosen langsung belok kiri dan sampailah anda di museum UGM.

Di Museum UGM anda boleh melihat-lihat seisi ruanangan namun tidak diperbolehkan bermain menggunakan setiap barang yang ada di museum tersebut,karena biasanya pengunjung suka bermain menggunakan mesin tik lama yang terpajang di museum tersebut.Saya juga akan memberikan beberapa dokumentasi gambar yang saya abadikan ketika berkunjung ke museum UGM.




 
 



 

Sumber:ugm.ac.id/id/fasilitas/3639-museum.ugm


Museum Hamengku Buwono IX

Museum Hamengku Buwono IX

Gimana kabarnya para pembaca blog pribadi saya?semoga sehat selalu yaa. Setelah kemarin saya sempat memceritakan tentang beberapa wisata di Kabupaten Purworejo,sekarang saya akan membahas salah satu destinasi wisata yang terletak di sebelah Timur Purworejo,tepatnya Museum Hamengku Buwono di Yogyakarta,langsung saja saya mulai dari:

Sejarah Museum
            Museum Hamengku Buwono IX berada di kompleks Kraton Yogyakarta yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 18 November 1990. Benda-benda/peralatan, foto-foto dan tanda jasa serta barang-barang yang ditampilkan dalam museum ini khusus milik maupun yang diterima almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Jam buka museum sama dengan jam buka sama dengan jam buka Kraton Yogyakarta. Dalam museum ini juga banyak benda-benda yang dipakai Sri Sultan seperti baju yang Sultan kenakan ketika disunat,jas milik Sri Sultan dengan berbagai model, seragam pramuka beserta perlengkapannya seperti tali pramuka,senter dan lain-lain.Barang-barang lain yang ada di museum Hamengku Buwono yang lain ada mainan sewaktu kecil,kamera dengan berbagai jenis,buku-buku fotografi,serta banyak sekali hasih foto hasil jepretan Sri Sultan ketika masih muda. Museum ini secara jelas menggambarkan setiap kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Akses menuju Museum Sri Sultan

Hamengku Buwono IX letaknya sama dengan Kraton Kesultanan Yogyakarta,yaitu di Jalan Rotowijayan Blok No.1, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.Jika anda dari arah Universitas Gadjah Mada dibutuhkan waktu hanya sekitar seperempat jam menuju museum tersebut menggunakan kendaraan pribadi asal tidak terhambat macet.Karena museum ini berada di lingkungan Kraton Yogyakarta maka jalan yang ditempuh juga sama seperti menuju ke Kraton,namun yang harus diketahui adalah jalan menuju kesana ketika kita sudah sampai di lingkungan Kraton. Kita harus membeli tiket dulu seharga Rp.5.000,- dan harus berjalan ke arah Selatan dari alun-alun kemudian belok ke Timur dan sampailah kita di Museum Hamengku Buwono.


Opini saya tentang Museum Hamengku Buwono,museum ini sangat saya rekomendasikan untuk anda kunjungi,karena di museum ini anda akan menemukan hal-hal menarik tentang Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang mungkin belum anda ketahui sebelumnya,contohnya bahwa Sri Sultan adalah seorang pramuka sejati,dan masih banyak hal lain yang layak anda ketahui.Sebagai catatan,ketika anda berkunjung ke Museum Hamengku Buwono maka anda harus benar-benar menjaga kesopanan karena museum tersebut berada di lingkungan Kraton Yogyakarta.

Berikut beberapa dokumentasi saya ketika berkunjung ke Museum Hamengku Buwono

Sumber:
http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/190-museum-hamengkubuwono-ix.html
Dokumentasi penulis

Kamis, 25 Agustus 2016

Madyo Pitutur,Kesenian Mati Suri



Madyo Pitutur,kesenian Mati Suri

A.Sejarah,Pengertian dan Lokasi          
Madyo Pitutur adalah salah satu kesenian yang dahulu sempat berkembang di Kabupaten Purworejo,kesenian ini lahir hampir bebarengan dengan seni lain,yaitu tari Dolalak.Madyo yang artinya tengah dan pitutur artinya nasehat,yang kurang lebih dapat diartikan “pitutur kang samadyo”.Namun,dalam perkembangannya,tari Madyo Pitutur seperti tenggelam ditelan zaman dan sangat susah untuk dicari bekas-bakasnya tidak seperti tari Dolalak yang masih eksis dan berkembang hingga saat ini yang merambah seluruh penjuru Kabupaten Purworejo.Hal itu yang membuat saya tergugah untuk membuat tulisan ini,mengapa suatu unsur kebudayaan kita bisa hilang begitu saja tanpa jejak?tentu hal itu menjadi sebuah tanda Tanya besar bagi kita semua.
“Sebenarnya sekarang ini sangat susah Mas untuk nglarah sejarah Madyo Pitutur,karena sekarang memang sudah tidak se eksis dulu lagi”pernyataan Ibu F.Untariningsih,salah satu pentolan perkembangan budaya,terutama tari di Purworejo ketika saya temui di kediamannya.(Minggu,21/8)
            Menurut penuturan masyarakat setempat,Madyo Pitutur lahir dari Desa Ngapus,sebuah pondok pesantren di Kabupaten Magelang.Tahun lahirnya kesenian ini kurang jelas,hanya diperkirakan pada zaman penjajahan Belanda.Menurut bapak Muhari yang merupakan seorang pelatih kesenian Madyo Pitutur dari Desa Kedung Poh,Kecamatan Loano mengatakan bahwa kesenian ini diciptakan oleh Kyai Jamhuri seorang pemimpin pondok di Desa Ngapus.Penari maupun penabuh merupakan murid pondok.Hal ini dilakukan seusai pengajian,yang diharapkan dapat menghibur dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar dan sebagai pelepas rindu pada keluarga dirumah.
            Syair-syairnya mengandung nilai agama yang kental,yaitu bagaimana cara menyembah Tuhan Yang Maha Esa.Pada awalnya nasehat tersebut hanya berisi nasehat tentang Agama Islam namun kemudian berkembang menjadi:
·         Pemujaan terhadap bangsa Indonesia.
·         Pergaulan muda-mudi.
·         Penyuluhan pertanian.
Perhitungan hitungan,timbangan,pindah rumah bepergian dll.
B.Peta dan Akses


            Untuk mencapai Purworejo anda dapat menggunakan berbagai pilihan transportasi,misalnya bus,kereta api ataupun kendaraan pribadi.Jika anda naik bus dapat berhenti atau turun di Terminal Purworejo,dan jika menggunakan kereta api anda dapat turun di Stasiun Kutoarjo atau Jenar.Tarif yang anda keluarkan jika dari Jogja cukup murah,jika menggunakan kereta sekitar Rp.8.000 dan bus sekitar Rp.30.000.Jika menggunakan kendaraan pribadi anda dapat melewati beberapa pilihan jalur,yaitu Ringroad atau lewat Godean.Jika anda ingin mencari jejak Madyo Pitutur di Purworejo tidak perlu merogoh kocek besar.
C.Opini dan Catatan Kritis
            Seharusnya kita sebagai generasi muda dapat melestarikan budaya bangsa kita sendiri,meskipun di Zaman globalisasi seperti sekarang memang sangat sulit untuk melakukannya.namun,kita juga harus sadar bahwa memang itu lah tanggung jawab dan kewajiban kita.Mari bersama kita lestarikan budaya kita masing-masing agar tetap selalu lestari hingga anak cucu kita.


Sumber:Sudiyatmoko,Madyo Pitutur,1983,Purworejo
 www.google.com/maps/place/Purworejo+Sub-District,+Purworejo+Regency,+Central+Java,+Indonesia

Kirab Jolenan Somongari




Kirab Jolenan,acara Budaya yang Mempersatukan



A.Lokasi
Desa Somongari adalah suatu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, + 2 Km ke arah selatan dari Ibu Kota Kecamatan Kaligesing dan merupakan deretan pegunungan Menoreh yang terkenal dengan penghasilan buah durian, manggis dan kokosan/langsep.
Desa tersebut juga mengukir sejarah bangsa yakni seorang pencipta Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya“ Wage Rudolf Soepratman yang lahir di Dukuh Trembelang Desa Somongari.
B.Sejarah dan Pengertian
Jolenan adalah sebuah nama upacara merti desa Keba Palawija yang menggunakan media jolen sebagai wadah atau tempat meletakkannya tumpeng dan ayam panggang. Jolen itu sendiri semacam keranjang dengan alas atau dasar empat persegi dan diberi tutup berbentuk piramida. Ledre dan Binggel diikat dan digantungkan pada ujung sebilah bambu, ditancapkan di sekeliling jolen yang menghiasi. Mengandung maksud merupakan perwujudan /gambaran bahwa daerah pegunungan Somongari kaya akan hasil bumi, baik dari hutannya maupun lain-lainnya.
Untuk memperingati kemenangan Adipati Sanganegara berperang melawan raja makluk halus, pada setiap hari Selasa Wage pada bulan Sapar tiap dua tahun sekali dirayakan upacara yang dikenal dengan kegiatan Merti Desa Kebo Palagumantung / Palawija dan lebih terkenal dengan sebutan Jolenan. Dan upacara selamatan desa tersebut ditempatkan di halaman Makam Kedono-Kedini dengan menampilkan atraksi kesenian Tayub dan kesenian lain asal desa Somongari.
Persyaratan dan kelengkapan yang biasa digunakan sebagai upacara tersebut antara lain:
1. Nasi tumpeng dengan ayam panggang
2. Makanan dari beras ketan/pulut, berupa
- Juadah
- Rengginan, dll
3. Makanan dari ketela pohon, berupa :
- Ledre
- Binggel, dll
4. Wayang golek
5. Pisang agung/raja
6. Tayub/Janggrung
Arti dari persyaratan tersebut antar lain, memaknai :
1. Nasi tumpeng dan ayam panggang
Mempunyai pengharapan segala cita-cita/maksud dari dasar sampai setinggi mungkin agar dapat terlaksana dengan baik
2. Makanan dari beras ketan/pulut :
Memberikan gambaran, agar rakyat bersatu padu seia sekata dalam segala langkah dan cita-cita.
3. Makanan dari ketela pohon ;
- Ledre : melambangkan bahwa daerahnya yang terdiri dari pegunungan namun hasilnya dapat mencukupi kebutuhan rakyatnya serta dapat di eksport ke lain daerah.
- Binggelan : dapat digambarkan dengan bermacam-macam tiruan hasil buah-buahan yang terdapat di daerah tersebut.
4. Wayang golek : melambangkan, agar kita mencari (goleki) arti/maksud sebenarnya.
5. Pisang agung raja adalah buah pisang yang dianggap nomor satu/agung dengan harapan dapat mengagungkan/mengangkat desa tersebut.
Adapun makanan dan perlengkapan selamatan yang tersebut pada nomor satu sampai dengan nomor lima ditempatkan di suatu tempat yang disebut “ Jolen ‘.
6. Tayub, melambangkan : di tata supaya guyub dan diujudkan dengan seorang penari yang menari-nari dengan dikerumuni banyak orang dengan maksud agar masyarakat selalu rukun mempunyai satu pandangan yaitu guyub.
Persyaratan yang berupa makanan, sebelum di-ikrarkan dan dimakan menurut tata cara, diadakan suatu upacara sesuai dengan adap daerah tersebut. Adapun yang setiap saat dijalankan adalah sebagai berikut ;
1. sebelum saat yang ditentukan (biasanya dimulai jam 09.00), maka jolen yang diikuti oleh masyarakat dan jenis-jenis kesenian yang ada, berdatangan ke halaman pepundhen Kedono-Kedini.
Menurut kebiasaan Jolen yang yang diadakan sesuai dengan banyaknya pedukuhan yang ada. Setiap pedukuhan biasanya mengeluarkan dua buah jolen, dan secara keseluruhan kurang lebih berjumlah 80-100 buah .
Setiap kesenian yang dikirimkan secara bergantian dengan grup kesenian yang lain harus mempersembahkan kebolehan grupnya di halaman makam Kedono-Kedini + 30 menit.
2. Setelah berkumpul di halam Pepundhen Kedono-Kedini, upacara dimulai dipimpin/diatur oleh kepala desa beserta perangkat dan panitia lainnya.
3. Kecuali pituah-pituah dari kepala desa, biasanya diadakan pula sambutan-sambutan dari pejabat kabupaten diantaranya Bupati.
4. Selanjutnya diadakan pawai (arak-arakan) melalui jalan-jalan di sekeliling tempat upacara atau kampung.
5. Pawai didahului oleh rombongan kepala desa beserta stafnya, kemudian jolen-jolen dan rombongan grup-grup kesenian secara berselang-seling.
6. Setelah pawai berkeliling melalui jalan-jalan yang sudah ditentukan, maka pawai kembali lagi ke halaman pepundhen Kedono-Kedini.
7. Begitu jolen diturunkan, maka diadakan perebutan makanan biasanya oleh semua pengunjung.
8. Sedangkan tumpeng dan ayam panggang, sebagian digunakan selamatan di situ dengan diawali keterangan maksud dan tujuan diadakannya selamatan oleh juru kunci yang diberi kuasa pepundhen tersebut. Lalu dibacakan doa secara agama Islam yang akhirnya dimakan bersama-sama. Sebagian tumpeng dan ayam panggang dibawa pulang oleh pembawa jolen masing-masing.
9. Upacara diteruskan dengan kesenian Tayub. Biasanya seorang penari yang disebut Tayub yang sedang menari lalu diimbangi menari oleh para kaum pria yang didahului oleh kepala desa.
10. Bersamaan tayub, maka semua kesenian yang mengikuti pawai diharapkan untuk bermain / dipentaskan di halaman terbuka.
Adapun kesenian yang terdapat di daerah tersebut yang biasa mengikuti upacara antara lain : kentrung, reog, kuda kepang, incling dan dolalak.
C.Peta dan Akses

                Jika anda ingin menyaksikan kirab Jolenan yang dilaksanakan di Desa Somongari tersebut akses yang bisa anda pilih sangat beragam,jika anda dari Jogjakarta dapat menggunakan transportasi bus kemudian turun di Terminal Purworejo atau Kereta api dengan turun di Stasiun Kutoarjo atau Jenar,setelah itu anda dapat naik angkot jalur A kearah Pasar Baledono dan kemudian naik angkot lagi jalur Somongari.Ongkos yang anda keluarkan relatif murah,tiket kereta berkisar Rp.8.000,bus berkisar Rp.30.000 dan angkot berkisar Rp.5.000 setiap jurusan.Setelah anda sampai di Somongari anda tidak perlu membayar untuk menyaksikan Kirab Jolenan,hanya saja anda harus rela berdesak-desakan karena yang menyaksikan selalu membludak setiap tahunnya,karena yang datang bukan hanya dari wilayah Purworejo namun juga dari luar daerah Purworejo.
D.Opini dan Himbauan
                Kirab Jolenan adalah salah satu wisata bersejarah di Purworejo yang harus dilestarikan,selain kita dapatberkumpul  untuk menyaksikan kita juga dapat mengetahui betapa banyak pertunjukan budaya yang di pertnjukkan pada acara Kirab Jolenan tersebut.Sebagai generasi muda sudah menjadi tugas kita bersama ubtuk terus melestarikan budaya leluhur kita agar hingga anak cucu kita nanti masih dapat menyaksikan acara-acara kebudayaan seperti Kirab Jolenan tersebut.

Sumber:
 www.google.com/maps/place/Somongari,+Kaligesing,+Purworejo+Regency,+Central+Java,+Indonesia