Halo pembaca blog pribadi saya,semoga selalu sehat yaa..
Kali ini saya akan menceritakan tentang salah satu petilasan yang ada di daerah saya.Petilasan ini merupakan petilasan dari Syagh Maulana Mghribi, sekarang ini masih dalam proses pemugaran dan belum selesai sepenuhnya, karena memang sudah sangat lama tempat in itidak dilakukan pemugaran. Petilasan Syagh Maulana Maghribi biasanya dikunjungi setiap malam Jumat oleh santri-santri dari pondok pesantren di desa tetangga.Selain oleh para santri banyak juga yang datang ke tempat tersebut untuk berbagai keperluan masing-masing.
Sejarah dari tempat petilasan Syagh Maulana Maghribi sebenarnya belum ada yang benar-benar meneliti dan hanya disampaikan secara turun-temurun dari mulut kemulut. Berdasarkan pernyataan dari beberapa tokoh yang saya tanya ketika saya survei ke lokasi, kebetulan yang melakukan pemugaran juga mantan tokoh-tokoh desa seperti mantan kepala desa dan mantan perangkat desa. Berdasarkan pernyataan mereka, Syagh Maulana Mghribi adalah seorang pendatang yang kurang diketahui dari mana, namun menurut mereka Syagh Maulana Maghribi dan para pengikutnya lah yang memulai untuk bermukim di Desa Gunungwangi, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Dalam Kompleks petilasan tersebut juga ada bebrapa makam yang kebanyakan tidak ada namanya kecuali salah satu makam yang bertuliskan Pangeran Kusumoyudho, namun dalam nisannya tidak dituliskan kapan ia dimakamkan dan kapan pula ia dilahirkan seperti pada makam umumnya.
Untuk akses menuju Desa Gunungwangi saya akui cukup sulit bagi orang yang tidak terbiasa dengan jalan menanjak,karena untuk mencapai kesana jarang ada kendaraan umum dan para pendatang juga sering menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor ataupun mobil. Kondisi jalan yang naik turun serta berliku ditambah dengan lumut,bolong sana-sini,dan sering longsor disana sini akan menyulitkan bagi orang yang akan datang ke Desa Gunungwangi. Letak Desa Gunungwangi dai pusat Kabupaten Purworejo sekitar 16 KM dan dapat ditempuh kira-kira satu jam menggunakan kendaraan. Untuk mencapai Gunungwangi angkutan umum jarang sampai keatas, biasanya hanya sampai desa tetangga yaitu Desa Ngaran. Jika menggunakan kendaraan umum hanya ada angkot sampai Desa Ngaran, atau naik angkot sampai Kecamatan Kaligesing dan naik ojek menuju Desa Gunungwangi. Meskipun menggunakan Google Maps dan sejenisnya hal itu tidak terlalu berguna dan mengharuskan anda bertanya pada orang-orang yang anda temui dijalan.
Opini dan kritik saya bagi Petilasan Syagh Maulana Maghribi adalah tentang aksesibitas dan amenitasnya. Untuk akses jalan saya kira sangat perlu diperlebar dan di perbaiki, karena medannya sangat sulit bagi mereka yang tidak terbiasa melalui tanjakan tajam dengan tikungan menukik yang seringkali menjadi tempat langganan kecelakaan. Selain itu, untuk amenitas dilokasi belum ada tempat sampah, tempat istirahat, tempat ibadah, toilet dan lahan parkir yang memadai. Meskipun tempat tersebut tidak didatangi setiap hari, namun pada waktu tertentu didatangi oleh rombongan dalam jumlah yang banyak, sehingga saya kira sangat perlu untuk ditambahkan berbagai fasilitas penunjang tersebut.
Jelajah Nusantara
Jumat, 28 Oktober 2016
Jumat, 07 Oktober 2016
Museum UGM,Tinta Emas Gadjah Mada
Halo teman-teman pembaca semua?
bagaimana kabarnya? semoga selalu dalam lindungan-Nya yaa,dan buat temen-temen
Universitas Gadjah Mada semangat ya UTS nya,semoga mendapatkan hasil yang
memuaskan. Kali ini saya akan menceritakan sedikit tentang museum UGM dan
sedikit cerita pengalaman saya ketika berkunjung kesana.Langsung saja saya akan
memulai dari sejarah Museum UGM.Museum Universitas Gadjah Mada mulai dirintis
sejak tahun 2007 dan menjadi diresmikan pada tanggal 12 Juni 2013. Museum UGM
merupakan museum yang menarasikan perjalanan sejarah Universitas Gadjah Mada
(UGM) dari masa ke masa beserta pencapaian-pencapaian luar biasa yang pernah
dicapai oleh Universitas Gadjah Mada. Pada dasarnya, Museum UGM didisain
sebagai jendela UGM bagi masyarakat yang ingin megenal lebih dekat tentang UGM
sebagai universitas perjuangan, universitas kerakyatan, universitas Pancasila,
universitas nasional, dan universitas kebudayaan.
Berbagai
pencapaian yang telah diperoleh oleh Universitas Gadjah Mada juga ditampilkan
dalam museum ini baik yang dicapai oleh mahasiswa,seperti roket,alat pembasmi
tikus,satelit luar angkasa,dan yang dicapai oleh dosen-dosen UGM seperti sumur
penampung air hujan dan benda-benda purbakala.Namun karena prestasi yang pernah
dicapai oleh Universitas Gadjah Mada terlalu banyak,maka hanya beberapa saja
yang ditampilkan di museum.Selain berbagai prestasi yang ditampilkan,di museum
UGM juga ditampilkan lukisan yang menggambarkan mahasiswa UGM yang gigih
berjuang mempertahankan bangsa,dan ada juga baju yang digunakan salah satu
mahasiswa Universitas Gadjah Mada ketika bertugas sebagai prajurit
perdamaian.Selain itu ada juga foto-foto ketika orang-orang penting datang
mengunjungi UGM,seperti kunjungan Ir.Soekarno,dan presiden serta orang-orang penting
dari Negara lain.
Bagi yang belum pernah mengunjungi museum ini,memang museum ini seperti terselubung karena terletak di Bulak Sumur D-6 dan D-7 tepatnya di wilayah perumahan dosen UGM.Untuk menjangkaunya sebenarnya sangat mudah,dari bundaran masuk UGM setelah anda mendapatkan KIK,lurus sedikit kemudian belok kanan setelah gelanggang,setelah masuk wilayah perum dosen langsung belok kiri dan sampailah anda di museum UGM.
Di Museum UGM anda boleh melihat-lihat seisi ruanangan namun tidak diperbolehkan bermain menggunakan setiap barang yang ada di museum tersebut,karena biasanya pengunjung suka bermain menggunakan mesin tik lama yang terpajang di museum tersebut.Saya juga akan memberikan beberapa dokumentasi gambar yang saya abadikan ketika berkunjung ke museum UGM.
Sumber:ugm.ac.id/id/fasilitas/3639-museum.ugm
Museum Hamengku Buwono IX
Museum Hamengku Buwono IX
Gimana kabarnya para pembaca blog pribadi saya?semoga sehat selalu yaa. Setelah kemarin saya sempat memceritakan tentang beberapa wisata di Kabupaten Purworejo,sekarang saya akan membahas salah satu destinasi wisata yang terletak di sebelah Timur Purworejo,tepatnya Museum Hamengku Buwono di Yogyakarta,langsung saja saya mulai dari:
Sejarah
Museum
Museum
Hamengku Buwono IX berada di kompleks Kraton Yogyakarta yang diresmikan oleh
Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 18 November 1990.
Benda-benda/peralatan, foto-foto dan tanda jasa serta barang-barang yang
ditampilkan dalam museum ini khusus milik maupun yang diterima almarhum Sri
Sultan Hamengku Buwono IX. Jam buka museum sama dengan jam buka sama dengan jam
buka Kraton Yogyakarta. Dalam museum ini juga banyak benda-benda yang dipakai
Sri Sultan seperti baju yang Sultan kenakan ketika disunat,jas milik Sri Sultan
dengan berbagai model, seragam pramuka beserta perlengkapannya seperti tali
pramuka,senter dan lain-lain.Barang-barang lain yang ada di museum Hamengku
Buwono yang lain ada mainan sewaktu kecil,kamera dengan berbagai
jenis,buku-buku fotografi,serta banyak sekali hasih foto hasil jepretan Sri
Sultan ketika masih muda. Museum ini secara jelas menggambarkan setiap kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Akses menuju Museum Sri Sultan
Hamengku Buwono IX letaknya sama dengan Kraton Kesultanan Yogyakarta,yaitu di Jalan Rotowijayan Blok
No.1, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.Jika anda dari arah Universitas Gadjah Mada dibutuhkan waktu hanya sekitar seperempat jam menuju museum tersebut menggunakan kendaraan pribadi asal tidak terhambat macet.Karena museum ini berada di lingkungan Kraton Yogyakarta maka jalan yang ditempuh juga sama seperti menuju ke Kraton,namun yang harus diketahui adalah jalan menuju kesana ketika kita sudah sampai di lingkungan Kraton. Kita harus membeli tiket dulu seharga Rp.5.000,- dan harus berjalan ke arah Selatan dari alun-alun kemudian belok ke Timur dan sampailah kita di Museum Hamengku Buwono.
Opini saya tentang Museum Hamengku Buwono,museum ini sangat saya rekomendasikan untuk anda kunjungi,karena di museum ini anda akan menemukan hal-hal menarik tentang Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang mungkin belum anda ketahui sebelumnya,contohnya bahwa Sri Sultan adalah seorang pramuka sejati,dan masih banyak hal lain yang layak anda ketahui.Sebagai catatan,ketika anda berkunjung ke Museum Hamengku Buwono maka anda harus benar-benar menjaga kesopanan karena museum tersebut berada di lingkungan Kraton Yogyakarta.
Berikut beberapa dokumentasi saya ketika berkunjung ke Museum Hamengku Buwono
Sumber:
http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/190-museum-hamengkubuwono-ix.html
Dokumentasi penulis
http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/190-museum-hamengkubuwono-ix.html
Dokumentasi penulis
Kamis, 25 Agustus 2016
Madyo Pitutur,Kesenian Mati Suri
Madyo
Pitutur,kesenian Mati Suri
A.Sejarah,Pengertian
dan Lokasi
Madyo Pitutur adalah salah satu kesenian yang dahulu sempat
berkembang di Kabupaten Purworejo,kesenian ini lahir hampir bebarengan dengan
seni lain,yaitu tari Dolalak.Madyo yang artinya tengah dan pitutur artinya nasehat,yang
kurang lebih dapat diartikan “pitutur kang samadyo”.Namun,dalam
perkembangannya,tari Madyo Pitutur seperti tenggelam ditelan zaman dan sangat
susah untuk dicari bekas-bakasnya tidak seperti tari Dolalak yang masih eksis
dan berkembang hingga saat ini yang merambah seluruh penjuru Kabupaten
Purworejo.Hal itu yang membuat saya tergugah untuk membuat tulisan ini,mengapa
suatu unsur kebudayaan kita bisa hilang begitu saja tanpa jejak?tentu hal itu
menjadi sebuah tanda Tanya besar bagi kita semua.
“Sebenarnya sekarang ini sangat susah Mas untuk nglarah sejarah Madyo Pitutur,karena
sekarang memang sudah tidak se eksis dulu lagi”pernyataan Ibu
F.Untariningsih,salah satu pentolan perkembangan budaya,terutama tari di
Purworejo ketika saya temui di kediamannya.(Minggu,21/8)
Menurut
penuturan masyarakat setempat,Madyo Pitutur lahir dari Desa Ngapus,sebuah
pondok pesantren di Kabupaten Magelang.Tahun lahirnya kesenian ini kurang
jelas,hanya diperkirakan pada zaman penjajahan Belanda.Menurut bapak Muhari
yang merupakan seorang pelatih kesenian Madyo Pitutur dari Desa Kedung
Poh,Kecamatan Loano mengatakan bahwa kesenian ini diciptakan oleh Kyai Jamhuri
seorang pemimpin pondok di Desa Ngapus.Penari maupun penabuh merupakan murid
pondok.Hal ini dilakukan seusai pengajian,yang diharapkan dapat menghibur
dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar dan sebagai pelepas rindu pada
keluarga dirumah.
Syair-syairnya
mengandung nilai agama yang kental,yaitu bagaimana cara menyembah Tuhan Yang
Maha Esa.Pada awalnya nasehat tersebut hanya berisi nasehat tentang Agama Islam
namun kemudian berkembang menjadi:
·
Pemujaan terhadap bangsa Indonesia.
·
Pergaulan muda-mudi.
·
Penyuluhan pertanian.
Perhitungan hitungan,timbangan,pindah rumah bepergian dll.
B.Peta dan Akses
Untuk
mencapai Purworejo anda dapat menggunakan berbagai pilihan
transportasi,misalnya bus,kereta api ataupun kendaraan pribadi.Jika anda naik
bus dapat berhenti atau turun di Terminal Purworejo,dan jika menggunakan kereta
api anda dapat turun di Stasiun Kutoarjo atau Jenar.Tarif yang anda keluarkan
jika dari Jogja cukup murah,jika menggunakan kereta sekitar Rp.8.000 dan bus
sekitar Rp.30.000.Jika menggunakan kendaraan pribadi anda dapat melewati
beberapa pilihan jalur,yaitu Ringroad atau lewat Godean.Jika anda ingin mencari
jejak Madyo Pitutur di Purworejo tidak perlu merogoh kocek besar.
C.Opini
dan Catatan Kritis
Seharusnya
kita sebagai generasi muda dapat melestarikan budaya bangsa kita
sendiri,meskipun di Zaman globalisasi seperti sekarang memang sangat sulit
untuk melakukannya.namun,kita juga harus sadar bahwa memang itu lah tanggung
jawab dan kewajiban kita.Mari bersama kita lestarikan budaya kita masing-masing
agar tetap selalu lestari hingga anak cucu kita.
Sumber:Sudiyatmoko,Madyo Pitutur,1983,Purworejo
www.google.com/maps/place/Purworejo+Sub-District,+Purworejo+Regency,+Central+Java,+Indonesia
Kirab Jolenan Somongari
Kirab Jolenan,acara Budaya
yang Mempersatukan
A.Lokasi
Desa Somongari adalah
suatu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, +
2 Km ke arah selatan dari Ibu Kota Kecamatan Kaligesing dan merupakan deretan
pegunungan Menoreh yang terkenal dengan penghasilan buah durian, manggis dan
kokosan/langsep.
Desa
tersebut juga mengukir sejarah bangsa yakni seorang pencipta Lagu Kebangsaan
“Indonesia Raya“ Wage Rudolf Soepratman yang lahir di Dukuh Trembelang
Desa Somongari.
B.Sejarah dan Pengertian
Jolenan
adalah sebuah nama upacara merti desa Keba Palawija yang menggunakan
media jolen sebagai wadah atau tempat meletakkannya tumpeng dan ayam panggang.
Jolen itu sendiri semacam keranjang dengan alas atau dasar empat persegi dan
diberi tutup berbentuk piramida. Ledre dan Binggel diikat dan digantungkan pada
ujung sebilah bambu, ditancapkan di sekeliling jolen yang menghiasi. Mengandung
maksud merupakan perwujudan /gambaran bahwa daerah pegunungan Somongari kaya
akan hasil bumi, baik dari hutannya maupun lain-lainnya.
Untuk
memperingati kemenangan Adipati Sanganegara berperang melawan raja makluk
halus, pada setiap hari Selasa Wage pada bulan Sapar tiap dua tahun sekali
dirayakan upacara yang dikenal dengan kegiatan Merti Desa Kebo Palagumantung /
Palawija dan lebih terkenal dengan sebutan Jolenan. Dan upacara selamatan desa
tersebut ditempatkan di halaman Makam Kedono-Kedini dengan menampilkan atraksi
kesenian Tayub dan kesenian lain asal desa Somongari.
Persyaratan
dan kelengkapan yang biasa digunakan sebagai upacara tersebut antara lain:
1. Nasi tumpeng dengan ayam panggang
2. Makanan dari beras ketan/pulut, berupa
- Juadah
- Rengginan, dll
3. Makanan dari ketela pohon, berupa :
- Ledre
- Binggel, dll
4. Wayang golek
5. Pisang agung/raja
6. Tayub/Janggrung
Arti dari persyaratan tersebut antar lain, memaknai
:
1. Nasi tumpeng dan ayam panggang
Mempunyai pengharapan segala cita-cita/maksud dari
dasar sampai setinggi mungkin agar dapat terlaksana dengan baik
2. Makanan dari beras ketan/pulut :
Memberikan gambaran, agar rakyat bersatu padu seia
sekata dalam segala langkah dan cita-cita.
3. Makanan dari ketela pohon ;
- Ledre : melambangkan bahwa daerahnya yang terdiri
dari pegunungan namun hasilnya dapat mencukupi kebutuhan rakyatnya serta dapat
di eksport ke lain daerah.
- Binggelan : dapat digambarkan dengan bermacam-macam
tiruan hasil buah-buahan yang terdapat di daerah tersebut.
4. Wayang golek : melambangkan, agar kita mencari (goleki)
arti/maksud sebenarnya.
5. Pisang agung raja adalah buah pisang yang
dianggap nomor satu/agung dengan harapan dapat mengagungkan/mengangkat desa
tersebut.
Adapun makanan dan perlengkapan selamatan yang
tersebut pada nomor satu sampai dengan nomor lima ditempatkan di suatu tempat
yang disebut “ Jolen ‘.
6. Tayub, melambangkan : di tata supaya guyub dan
diujudkan dengan seorang penari yang menari-nari dengan dikerumuni banyak orang
dengan maksud agar masyarakat selalu rukun mempunyai satu pandangan yaitu
guyub.
Persyaratan yang berupa makanan, sebelum
di-ikrarkan dan dimakan menurut tata cara, diadakan suatu upacara sesuai dengan
adap daerah tersebut. Adapun yang setiap saat dijalankan adalah sebagai berikut
;
1. sebelum saat yang ditentukan (biasanya dimulai
jam 09.00), maka jolen yang diikuti oleh masyarakat dan jenis-jenis kesenian
yang ada, berdatangan ke halaman pepundhen Kedono-Kedini.
Menurut kebiasaan Jolen yang yang diadakan sesuai
dengan banyaknya pedukuhan yang ada. Setiap pedukuhan biasanya mengeluarkan dua
buah jolen, dan secara keseluruhan kurang lebih berjumlah 80-100 buah .
Setiap kesenian yang dikirimkan secara bergantian
dengan grup kesenian yang lain harus mempersembahkan kebolehan grupnya di
halaman makam Kedono-Kedini + 30 menit.
2. Setelah berkumpul di halam Pepundhen
Kedono-Kedini, upacara dimulai dipimpin/diatur oleh kepala desa beserta
perangkat dan panitia lainnya.
3. Kecuali pituah-pituah dari kepala desa, biasanya
diadakan pula sambutan-sambutan dari pejabat kabupaten diantaranya Bupati.
4. Selanjutnya diadakan pawai (arak-arakan) melalui
jalan-jalan di sekeliling tempat upacara atau kampung.
5. Pawai didahului oleh rombongan kepala desa
beserta stafnya, kemudian jolen-jolen dan rombongan grup-grup kesenian secara
berselang-seling.
6. Setelah pawai berkeliling melalui jalan-jalan
yang sudah ditentukan, maka pawai kembali lagi ke halaman pepundhen
Kedono-Kedini.
7. Begitu jolen diturunkan, maka diadakan perebutan
makanan biasanya oleh semua pengunjung.
8. Sedangkan tumpeng dan ayam panggang, sebagian
digunakan selamatan di situ dengan diawali keterangan maksud dan tujuan
diadakannya selamatan oleh juru kunci yang diberi kuasa pepundhen tersebut.
Lalu dibacakan doa secara agama Islam yang akhirnya dimakan bersama-sama.
Sebagian tumpeng dan ayam panggang dibawa pulang oleh pembawa jolen
masing-masing.
9. Upacara diteruskan dengan kesenian Tayub.
Biasanya seorang penari yang disebut Tayub yang sedang menari lalu diimbangi
menari oleh para kaum pria yang didahului oleh kepala desa.
10. Bersamaan tayub, maka semua kesenian yang
mengikuti pawai diharapkan untuk bermain / dipentaskan di halaman terbuka.
Adapun kesenian yang terdapat di daerah tersebut
yang biasa mengikuti upacara antara lain : kentrung, reog, kuda kepang, incling
dan dolalak.
C.Peta dan Akses
Jika anda ingin menyaksikan
kirab Jolenan yang dilaksanakan di Desa Somongari tersebut akses yang bisa anda
pilih sangat beragam,jika anda dari Jogjakarta dapat menggunakan transportasi
bus kemudian turun di Terminal Purworejo atau Kereta api dengan turun di
Stasiun Kutoarjo atau Jenar,setelah itu anda dapat naik angkot jalur A kearah
Pasar Baledono dan kemudian naik angkot lagi jalur Somongari.Ongkos yang anda
keluarkan relatif murah,tiket kereta berkisar Rp.8.000,bus berkisar Rp.30.000
dan angkot berkisar Rp.5.000 setiap jurusan.Setelah anda sampai di Somongari
anda tidak perlu membayar untuk menyaksikan Kirab Jolenan,hanya saja anda harus
rela berdesak-desakan karena yang menyaksikan selalu membludak setiap
tahunnya,karena yang datang bukan hanya dari wilayah Purworejo namun juga dari
luar daerah Purworejo.
D.Opini dan Himbauan
Kirab Jolenan adalah salah satu
wisata bersejarah di Purworejo yang harus dilestarikan,selain kita
dapatberkumpul untuk menyaksikan kita
juga dapat mengetahui betapa banyak pertunjukan budaya yang di pertnjukkan pada
acara Kirab Jolenan tersebut.Sebagai generasi muda sudah menjadi tugas kita
bersama ubtuk terus melestarikan budaya leluhur kita agar hingga anak cucu kita
nanti masih dapat menyaksikan acara-acara kebudayaan seperti Kirab Jolenan
tersebut.
Sumber:
www.google.com/maps/place/Somongari,+Kaligesing,+Purworejo+Regency,+Central+Java,+Indonesia
Langganan:
Komentar (Atom)











